all about 'we'

all about 'we'

Sabtu, 29 Januari 2011

Melody Of Friendship (Antara C~RaZy~Perkenalan Tokoh)















Melody Of Friendship


PERKENALAN TOKOH
















Cakka Kawekas Nuraga

Inilah leader dari C~RaZy.
Cakka ini orangnya baik,ramah lingkungan,juga murah senyum.Di band miliknya,yang gak tak lain adalah C~RaZy,ia memegang bagian gitaris sekaligus vokalis.


















Muhammad Raynald Prasetya
Adiknya Cakka.Biasa dipanggil Ray.Orangnya baik,gampang ngambek,tapi kalau sudah dekat dengan Ozy,konyol-nya kambuh,deh.Di band C~RaZy,ia memegang bagian drummer.Eitt...FYI,dia sudah banyak menyabet banyak gelar sebagai juara drummer cilik,lho!Hoho..











Ahmad Fauzy Adriansyah

Anaknya..ya..baik,supel,enak diajak ngobrol,dan..METAL banget,alias Melayu Total,hehe.
Di Band C~RaZy ini,ia memegang bagian sebagai keyboardist.Ozy yang biasanya selalu tersenyum,dan selalu konyol di depan CakkaRay,tiba-tiba berubah total.Ia menjadi pemurung,dan..apakah penyebabnya?*cih,bahasanya

Tokoh-tokoh pendukung MeOFrien

Kak Riris~Sepupu CakkaRay
Acha~Sahabat Ozy
Rio~Sahabat Cakka
Gabriel
Shilla
Sivia
dll..


~wait ,ya,for chapter 1-nya..~

With Smile,
:)
Rara Fay

Noapte Buna

Noapte Buna



     Gadis itu berdiri,menggelembungkan pipinya,sehingga wajahnya nampak bulat.Ia berjalan,menghampiri kakaknya yang sedang sibuk dengan PSP-nya.
“Kakak,Mama sama Papa kemana?”Tanya gadis itu ketus,lalu menggelembungkan pipinya lagi.Kakaknya yang sejak tadi berkutat dengan PSP-nya,baru sadar akan kehadiran adiknya itu.”Mama sama Papa sedang ada perkerjaan di luar negeri.Sini,Acha duduk di sebelah kakak,”



    Dengan berlari kecil,Acha mendekati kakaknya dan duduk disebelah kakaknya itu.
 “Kak Alvin,tadi Acha lihat…di toko pink berry shop,ada boneka Cleopatra stratan yang lucu itu,lho..aku pengen banget boneka itu.Boleh nggak,kak?”Ujar Acha dengan gaya khas anak kecil yang diayun-ayunkan.Kakaknya yang bernama Alvin itu,meletakkan PSP-nya ke atas meja,lalu merangkul badan adiknya itu.”Apa,sih,yang nggak buat Acha..?Ehm..baiklah kalau begitu,mau beli sekarang,atau kapan..?”Tanya Alvin pada adiknya Acha itu.Acha menarik ujung bibirnya,membentuk seulas senyum,dan memamerkan gigi-giginya.”Hm..nanti aja,deh,kak…hari ini,Acha kan ada les piano,sepulang dari sana,baru beli bonekanya.”Jawab Acha.Alvin tersenyum,lalu mengacak-acak rambut Acha penuh kasih sayang.”Ih..kak Alvin!Rambutku jadi berantakan lagi,nihh…aah…kan,aku sebentar lagi berangkat les..”Sungut Acha.Avin tersenyum.”Yah…Cha,lagian..cuma masalah rambut doang,”Acha menggelembunkan pipinya lagi,masih sebal dengan kakaknya itu.



    Alvin tertawa melihat tingkah laku adiknya ini,masih polos sepolos anak kecil.Ya,memang umur adiknya itu masih 7 tahun.Dan umur Alvin sekarang 15 tahun.
Acha melangkahkan kakinya menuju kamarnya,lalu keluar membawa sisir berwarna pink yang bergambar Cleopatra Stratan itu,penyanyi favoritnya.Acha berlari kecil menuju kakaknya,sambil menyodorkan sisirnya kepada kakaknya,ia berkata,”Sisirin..”Alvin tersenyum,lalu menerima sisir itu dengan anggukan.Adiknya itu duduk didepannya,Alvin yang duduk dibelakangnya,menyisir rambut adiknya itu.Walaupun Alvin laki-laki,ia masih bisa dalam hal-menyisir-menguncir rambut perempuan,tentu bukan karena ia setengah ‘perempuan’,tetapi..karena sudah terbiasa menyisir dan menguncir rambut adiknya itu setiap hari.Alvin membelah dua rambut adiknya,lalu dikepang,dan kepangan itu dijepit ke atas.Simple tetapi manis,sangat cocok dengan adiknya itu.Acha memegang kedua kepangan kakaknya itu,lalu berkata terima kasih dengan sebuah isyarat senyuman,senyuman yang membuat Alvin,kakaknya itu,merasa tenang.“Acha..peri kecilku..”Batin Alvin.
Sekitar lebih kurang jam 2,Alvin menyalakan mesin mobilnya.Ia sudah menggunakan safety beltnya.Disebelahnya,duduk manis peri kecilnya,Acha.Acha mengenakan dress putih,dengan cardigan berwarna pink kesukaan adiknya itu,dan dengan sepatu tali berwarna putih-pink kesayangan adiknya itu.Alvin tersenyum memandangi adiknya.Sebenarnya,ia sudah tak kuat untuk hidup.Ya,orang tua Alvin dan Acha selalu bepergian ,tak pernah ada waktu untuk mereka berdua.Itu membuat Alvin geram.Alvin dan Acha hidup dibesarkan oleh pembantunya,mba Lay.Sehingga,sifat mereka berduapun sama seperti mba-nya itu,bukan seperti orang tua mereka.Acha yang melihat kakaknya hanya tersenyum dan memandanginya dengan tatapan kosong,mengerutkan keningnya.Acha menggerakkan tangannya didepan wajah Alvin.”Kak Alvin..”Alvin masih diam.Acha kembali menyahut kepada kakaknya itu,dengan suaranya yang bak seperti singa gunung, “KAK ALVIIINNNN…!!!!!KAK KODOK..!!!KOKO MEDOK..!!!”Alvin yang walaupun tampangnya bias dibilang ‘cool’ ,tetapi masih ada kekurangannya,dia latah.”Ehguecakepkayakjustinbieberbibirgueseksikayakangelinajolie,”Latahnya Alvin itu sukses membuat Acha tertawa,bahasanya,sih.. *ngakak setan*
“Huwahahahahaha…kak,latah kakak narsis banget,sihh..gak nyambung lagi!Emangnya bibir kakak kayak Angelina Golie apa!Omas kali…uwekkk :P”Alvin tersenyum.Bukannya marah.”Aneh..”Batin Acha.Senyum Alvin itu,mungkin senyum sepanjang sejarah hidupnya,itulah senyum Alvin yang termanis.”Ayolah,kak kodok!Kalau lama begini,aku bisa telat les nanti!Uncle Jo bisa marah denganku!”Alvin yang mendengar celotehan adiknya itu,mengangkat kedua jempolnya sambil tersenyum kepada adiknya itu.
‘Bruumm…..’
Mobil merekapun melaju,menuju sanggar shining star,tempat les piano Acha.
>>>>>>>>>>skip
Sesampainya di tempat les itu,Acha berlari keluar dari mobil,berlari menuju teman-teman sepermainanya,Ray dan Gaby.Alvin yang melihat tingkah adiknya itu hanya menggeleng-gelengkan kepala.”Dasar bocahh..”Pikirnya.
Alvin melenggang keluar dari mobilnya.Setelah mobil benar-benar terkunci,ia berjalan menuju adiknya.
“Cha,kakak tunggu di kantin,ya..”Ujar Alvin pada adiknya itu.Acha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya,lalu melanjutkan mengbrol dengan 2 sobat karibnya itu.
Setelah mendapatkan persetujuan (ciah..) dari adiknya,Alvin berjalan menuju kantin sanggar itu.Sesampainya di sana,Alvin duduk.Lalu memesan frozen yoghurt rasa strawberry.
“Ini,mas..pesanannya.Harganya 7 ribu,”Kata seorang pelayan sambil menaruh nampan yang diatasnya terdapat pesanan Alvin tadi.Alvin merogoh selembar uang 5 ribuan dan selembar uang 2 ribuan,lalu memberikannya kepada pelayan itu.Pelayan itu menerimanya dengan tersenyum, “Terima kasih,silahkan menikmati..”
Saat Alvin hendak menyendokkan frozen yoghurtnya kedalam mulutnya,Acha,Ray dan Gaby menghampirinya.”Ada apa,Cha?”Tanya Alvin pada adiknya itu.”Kak,ayo..ikut Acha..”Acha menarik lengan kakaknya itu.Frozen yoghurtnya belum tersentuh sama sekali.Tapi,demi adiknya,tak apalah..
Ternyata,Acha mengajak Alvin agar melihatnya memainkan piano.

^^

   Alvin duduk di bangku khusus untuk penunggu anak-anak yang les disitu.Disitu juga ada Gabriel,kakak Gaby,dan Cakka,kakak dari Ray.Mereka bertiga juga bersahabat,sama dengan adik-adiknya.Alvin menyapa mereka berdua.Cakka dan Gabriel tersenyum,dan membalas sapaan Alvin,”Hai juga..”
“Ini dia..untuk yang pertama,Ray..silahkan maju,nak..”Kata Uncle Jo,guru sanggar di sanggar ini.
Ray mengambil stick drumnya,lalu mulai memainkan drum itu,dengan mimic muka khas-nya,sambil mengelembungkan pipinya.Rambut Ray yang gondrong,terayun kesana kemari karena saking semangatnya ia bermain dengan drumnya.Setelah selesai,Ray kembali duduk ditempatnya semula,disebelah Acha.
“Nah..untuk yang kedua..silahkan,Gaby ,Sivia,dan Angel..”
Mereka bertiga yang dipanggil maju kedepan,Gaby menyiapkan biolanya,sedangkan Sivia dan Angel sudah siap untuk bernyanyi.
Gesekan biola itu mengalun pelan…
Diiringi dengan suara Sivia yang lembut dan suara Angel yang khas itu.

I pray you’ll be our eyes,and watch us where we go..
And help us to be wise in times when we don’t know
Let this be our pray,when we lose our way
Lead us to the place,guide us with your grace…
To a place where we’ll be safe..
(The prayer-Celline dion ft. Josh Gorban)


    Semua tertegun mendengarkan suara gesekan biola dan suara dua bidadari itu,menyatu membuat suatu surga dengan euphoria yang menghiasinya.Sinar matahari yang memantul ke kaca,mengarah kepada mereka.Indah..kata-kata itu yang dapat mengilustrasikan kejadian ini.
Setelah mereka bertiga,tampil anak-anak lain.Ada yang memainkan harpa,suling,harmonica..dan lan-lain.”Dan yang terakhir..ini dia,pianis dari sanggar kita,Acha..”
Jari-jari Acha dengan lincahnya menekan tuts-tuts piano.Alvin,kakaknya,memandanginya sambil tersenyum.Alvin meraih handycam-nya,lalu merekam peri kecilnya itu..

Cum se lasa noapte-n casa
Somnul vine la copii
Sa ne spuna noapte buna
Si povesti la jucarii
In causta lor micuta
Stau piticii neclintiti
Printului si toto sunt fericiti…
Printului si toto sunt fericiti…
Printului si toto sunt fericiti…

Alvin memandangi adiknya itu.Lalu kembali fokus dengan handycam-nya.

Ia din ceruri ii cununa
Luna plina de mister
Unde stele se aduna
Fara numar sus pe cer
In hainuta-I de vapaie
Si frumoasa ca un vis
Ne patrunde in odaei
Chiar de geamul nu mai e deschis..
Chiar de geamul nu mai e deschis..
Chiar de geamul nu mai e deschis..
Iar dimneata prinde viata
A povestilor eroi
Sta in soapta si ne-asteapta
Sa se joace,iar cu noi
Fiecare jucarie
Universul ei intreg
Are suflet si e vie
Numai cei mature nu inteleg…
Numai cei mature nu inteleg…
Numai cei mature nu inteleg…

    Suara tepuk tangan pertama,dari Alvin..selanjutnya,seluruh orang yang ada di ruang sanggar itu ikut bertepuk tangan.Acha tersenyum bangga.Acha berjalan menuju kakaknya,Alvin.Lalu memeluk kakaknya itu.Pelukan hangat penuh kasih sayang dari seorang adik kepada kakaknya.



     Pulangnya,sesuai kesepakatan,mereka pergi ke pink berry shop.Acha bergegas masuk kedalam,Alvin menyusulnya.Tapi,di ambang pintu masuk toko itu ia berhenti.Seorang anak kecil,merengek-rengek meminta dibelikan boneka persis seperti boneka yang Acha mau.Alvin tersenyum,lalu masuk ke dalam toko.
“Acha,kak Alvin pengen Tanya..sesama manusia,harus saling mengasihi,bukan..”Ujar Alvin pada Acha,saat sudah keluar dari toko itu.Langkah Acha terhenti.Ia menganggukkan kepalanya.”Nah..Acha,lihat,deh..anak kecil di sana..”Kata Alvin sambil menunjuk anak yang merengek-rengek tadi.”Dia juga pengen boneka seperti yang dibeli Acha..”


     Seperti mengerti perkataan Alvin,Acha mengangguk-angguk kecil sambil tersenyum.Hari sudah malam waktu itu,dengan penerangan lampu jalan bergaya eropa dan sinar bulan yang memantul dijalanan,Acha berjalan menuju anak tadi.Perempuan yang dituju Acha itu sedang berdiri sambil menangis di bahu kakaknya.
“Keke…kak Rio janji,nanti,kalau sudah ada uang..kak Rio belikan boneka itu,”Kata kakak anak perempuan itu,yang ternyata bernama Rio.Alvin menyusul langkah Acha.Acha meraih kantung belanjanya yang berwarna pink itu,lalu mengambil boneka Cleopatra Stratan pujaannya,lalu menyodorkan boneka itu pada perempuan tadi.”Ini,untuk kamu…”Kata Acha.Perempuan tadi terbelalak kaget,”Sungguh..?”Tanya anak itu.Acha mengangguk.Anak itu tersenyum,mengambol boneka itu,”Terima kasih..”Kata anak perempuan itu.Anak itu meraih kantung kreseknya,mengambil sebuah kalung yang berbandul bintang,lalu menyerahkannya pada Acha.”Untukku..?”Tanya Acha.”Ya..untukmu,terima kasih untuk bonekanya..”Anak itu berlari.Acha belum sempat berkenalan dengannya.Kakak dari anak perempuan itu tersenyum,lalu berterima kasih pada Acha,dan lalu menyusul adiknya itu.Tiba-tiba,hujan turun..membasahi lembaran hidup hari itu.Acha menatap bandul kalung itu,terukir nama ‘Keke’ disitu.Acha tersenyum haru,air matanya turun bersamaan dengan air hujan.Alvin merangkul adiknya kedalam pelukannya,
Acha masih menangis,tapi..disela tangisannya,Acha bernyanyi..


Cum se lasa noapte-n casa
Somnul vine la copii
Sa ne spuna noapte buna
Si povesti la jucarii


Acha mencium bandul kalung itu,sambil berbisik pelan dalam hatinya…

“Noapte buna,keke…”

~Finished at January 29, 2011 17:00 WIB~


Omoi-de

This is just a fictional story.There is a similarity plot or characters,please understandable.

Omoi-de                                  ((Memory_a one shot story))

Ranti F.A.Y.

“Denting gerimis direranting kesepian,
    Dengarlah,,muaim mengirim hadiah terindah.
Pada setiap daun-daun berembun
Maka berbahagialah,tiadalah yang meragukan persahabatan…” –Little star—


Jakarta,29 Desember 1983

Sore yang cerah.Aku sedang menunggu seseorang di taman itu.Orang istimewa,yang aku tunggu disini.Ia seorang bocah laki-laki,yang tak lain adalah sahabat kecilku.

“Taman lily morgan,pukul 4 sore,jangan lupa datang,ya?” Katanya kemarin.

Maka,aku pun menunggunya disini.Di bangku kecil,di bawah sebuah pohon.

Sudah lebih dari 10 menit aku menunggunya,tapi ia tak kunjung datang.”Ah,mungkin,sekarang ia masih dalam perjalanan ke sini,”Ujarku dalam hati.

Uh,oh..maaf,membuat kalian lama menunggu untuk mengetahui siapa orang yang kutunggu di sini.Sebentar lagi,pasti dia datang,dan kalian akan tahu siapa dia.

Seseorang menepuk bahuku dari belakang.Aku menoleh.Tuh,betul kan?Ia pasti akan datang.

Ia duduk disebelahku.Tapi,agak menjaga jarak.Ya,sekalipun dia sahabatku,tapi,tetap saja kami harus menjaga jarak agar sesuatu yang buruk tak kan terjadi.

Setelah lama kami saling berdiam dalam kesunyian,akhirnya,ia mulai membuka mulutnya,

“Ramya,ini buat kamu..selamat ulang tahun,ya!Semoga kamu suka hadiah dariku.”Katanya sembari memberikan sebuah kado kepadaku.“Makasih,ya,fahri,”Balasku.Ia tersenyum.

Satu detik..dua detik..aku masih memperhatikan kado itu.Setelah itu,aku mulai membuka kado itu.Isinya,sebuah bandana berwarna cokelat pasir pantai,yang diselitkan sebuah bintang laut berwarna pink.Kalian semua mengerti maksud dari penjelasanku,kan?

“Bandana itu,aku beli waktu jalan jalan ke pantai carita.Kupikir itu cocok untukmu,”katanya.Aku mengangguk pelan.

“Tau,gak,fahri?Kado ini sebenarnya gak terlalu penting untukku.Kado terindah untukku,kalau kamu selalu bisa bersahabat denganku,selamanya…persahabatan itu lebih indah dari apapun,”Ucapku pada Fahri.“Ya,aku janji akan selalu sahabatan sama kamu,ramya,I’m promise!”Sahutnya padaku.Aku tersenyum,mencoba tersenyum semanis mungkin,walau tak semanis buah bintang.

Hari itu kami lalui dengan canda tawa.Kami berlari kesana kemari,bernyanyi bersama…menikmati sore yang bercahaya itu.Hari itu,adalah hari terindah dalam hidupku.Forever and ever.





Jakarta,15 Juni 1990

“Selamat,ya,nak!Nilai ujianmu sangat bagus!Mau hadiah apa dari Mama dan Papa?”Tegur Papaku hari itu.

Hari itu,aku menerima ijazah SD-ku.Mama dan Papaku menemaniku ke sekolah.Tapi,hari itu,aku sama sekali tidak bahagia.

Aku belum menjawab pertanyaan Papaku tadi.Aku berlari,mencari dia,fahri.Setelah kutemukan,ternyata,dia tengah terduduk di sebelah Orang tuanya.Aku mengait tangannya,mengajaknya untuk pergi dari kerumunan pesta kelulusan ini.

Sampai di taman sekolah yang sepi,aku mulai melancarkan pertanyaan-pertanyaanku pada fahri.

“Kenapa kamu ke SMP sana,ri?”Tanyaku padanya.
Mungkin..pertanyaan itu lebih terdengar seperti :
“Kenapa kamu pilih jalan yang berbeda denganku?”

Fahri menatap langit,lalu mulai mendesah pelan.“Aku ke sana juga,demi menggapai cita-citaku,Ramya,”

Hh..dadaku sesak.“Kalau kamu rindu sama aku,malam hari,cari bintang yang paling terang,didekat bintangmu,itu aku..”Katanya lagi.Aku mengangguk,dan mencoba tersenyum padahal air mataku sudah membasahi pelupuk mataku.

“Tak usah lagi engkau menangis,
Seperti dulu melemahkan niatmu,
Semoga bertemu kembali..
Tetapkan hati berjuang bersama lagi…”
  Jika engkau bersedih-Padi

Fahri bernyanyi untukku.Sesaat,aku mulai termakan lagi dalam suasana sedih.Hatiku terasa nyeri.Aku tak mampu lagi menahan tangisan ini,air mataku sudah turun membasahi pipiku.“Menangislah sepuasmu,selama aku masih di sini sama kamu,tapi..janji,ya,ramya?Kamu gak akan nangis disaat aku gk ada di dekatmu seperti saat ini,”Fahri meraih saku kemejanya,mengambil sapu tangannya,kemudian menyeka air mataku.

Besoknya,keluargaku mengantar fahri dan keluarganya ke bandara.Fahri melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta,yang artinya,aku harus bersahabat jarak jauh dengannya.Aku melambaikan tanganku pada fahri,yang disambut senyumannya,senyuman terakhir darinya sebelum kami berpisah.

Ditelingaku,tak henti hentinya berdenging lagu itu,membuat hatiku bertambah pilu.Ka Ian,kakak keduaku menahan badanku agar tak jatuh.Badanku lemas,rasanya ingin pingsan.

Lagu itu,berdenging lagi.Menambah luka dihatiku.

“Tak usah lagi engkau menangis,
Seperti dulu melemahkan niatmu,
Semoga bertemu kembali..
Tetapkan hati berjuang bersama lagi…”

Tiap malam,setelah hari itu,aku mencoba mencari dirinya dilangit,lalu tersenyum jika kudapati dirinya bersinar terang disebelah bintangku.Sahabat,kapan kita bisa berjumpa lagi?







Masih di Jakarta,31 maret 1995

“Aku tak percaya lagi,Dengan apa yang kau beri,
Aku terdampar disini,Tersudut menunggu mati..
Mengapa ada derita,Bila bahagia tercipta,
Mengapa ada sang hitam,Bila putih menyenangkan,..”
(Berhenti berharap-Sheila on 7)

Hatiku gelisah.Sampai hari itu,tak ada balasan surat dari fahri.Apa dia sedang sibuk sehingga tak punya waktu untuk membalas suratku?Apa dia sudah tak mau bersahabat lagi denganku?Hatiku penuh dengan tanda Tanya.

Hari demi haripun berlalu.Tetap tak ada surat balasan dari dia.Aku menggerutu.Aku sebal dengannya.Aku gak percaya lagi dengannya.Mulai detik itupun juga,kuputuskan.AKU MEMBENCINYA !

Jakarta,29 Desember 1995

“….Disini..aku kan selalu,rindukan dirimu…
Wahai sahabatku,”
(Mario stevano A.H.Rindukan dirimu)

Hari ini,hari ulang tahunku yang ke 17,sweet seventeen,kata orang-orang.Ulang tahunku kali ini dirayakan.Aku mengundang seluruh temanku di sekolah ke rumahku untuk merayakan hari ultahku kali ini.Tapi,tahun ini berbeda.Gak ada Fahri,yang biasanya memberikan kado untukku.Aku kangen sama kamu,sahabatku,tapi..aku juga benci denganmu !

Satu persatu dari teman temanku menyalamiku,dan memberikan kado untukku.Kedua kakaku,ka viki dan ka Ian pun ikut menyalamiku,juga memberi kado.“Selamat ultah,ya,adikku..”Ucap ka Viki.“Selamat ultah juga dari kakak ! Ini,kado dari kakak.Dijaga baik-baik,ya?”Ucap ka Ian.

Saat mereka berkata begitupun,aku tak terlalu memperdulikannya.

“Ramya !”

“Menangislah sepuasmu,selama aku masih disini sama kamu,tapi..janji,ya,ramya?Kamu gak akan nangis       disaat aku gk ada didekatmu seperti saat ini,”

Kenapa?Kenapa wajah dia,fahri,selalu muncul?
hh..rindukan dirimu,sahabatku…

Yogyakarta,15 Agustus 1996

Tahun ini,papa mengajak keluargaku untuk jalan-jalan ke Yogyakarta.Walau hanya naik mobil,bukan naik pesawat,tapi aku tetap bersyukur.Semalam kami sampai disini.Kami menginap di sebuah hotel kecil,di dekat keraton.

Di dalam mobil..

“Pa,tau alamatnya fahri,nggak?”Tanyaku pada Papa.Tiba-tiba saja,Papa nge-rem mendadak.Mamaku memarahi Papa.Ka Ian komat kamit gak jelas.Sedangkan Ka Viki,memajukan bibirnya sampai 5 kilometer(haha..lebay)
“Papa tau,gak?”Papaku masih saja diam.Lalu menoleh ke Mama.Papa mengangguk-angguk pelan pada Mama.Mama hanya tersenyum.Hey?Apa coba  maksudnya?

“Papa tau,kok,nak..emang ada apa?Kamu mau kesana?”Mataku bebinar-binar.“Tentu!Aku mau banget!”Seruku pada Papa.

Sepanjang perjalanan,aku terus…saja bertanya-tanya sendiri dalam hati,”Sekarang,fahri seperti apa,ya?Apa dia sudah banyak berubah?”Aku terus…saja asyik melamun sambil senyum-senyum sendiri.Ka Viki dan Ka ian manatapku dengan aneh.Tapi,aku tak perduli.
Sampai di sebuah pemakaman,mobilku berhenti melaju.Eh,kok di pemakaman?Tiba-tiba saja,perasaan buruk menyelimutiku.

Aku turun dari mobil,masih dengan perasaan bingung.Aku terus mengikuti kemanapun Papa dan Mama melangkah.Tiba di sebuah kuburan,kami berhenti berjalan.Disitu,ada Tante Sarah dan Om riki,orang tua Fahri,sedang menabur bunga di kuburan itu.Aku mengerutkan keningku lagi.

Om,tante,Fahrinya mana?”Mereka terdiam.Aku menatap Mama,papa,ka Viki,ka Ian.Mereka tersenyum getir.Aku semakin bingung.

Om Riki berdiri,Papa menepuk bahu Om Riki,“Yang sabar,ya,Rik,”Bisik Papa pada Om Riki,terdengar sampai ketelingaku.Mama memeluk Tante Sarah.Tante Sarah menangis,terisak isak.’Uh,oh..ada apa ini?’

Mama-Papa,Om riki-Tante Sarah,serta kedua kakakku menatapku seakan akan memberiku isyarat.Tapi aku tak mengerti apa maksudnya.Ka Viki mendorong badanku,seolah-olah menyuruhku untuk mendekati kuburan itu.

Aku melangkah menuju kuburan itu.Aku jongkok untuk membaca tulisan pada batu nisannya.Aku mengusap batu Nisan itu.Dengan seksama dan dengan hati berdebar,aku membacanya.”Ia sudah lama pergi,maaf Tante tak pernah memberitahukannya kepadamu selama ini.Kecelakaan yang merenggut nyawanya,”Kata Tante sarah,masih sambil terisak isak.Aku tergelegak.Rasanya langit runtuh dan tanah terbelah menelanku.

                                            ‘Terbaring abadi disini..
                                             Muhammad fahri setiawan
                                             Lahir : 13 April 1977
                                             Wafat : 29 Maret 1995’
                                            



‘それは、我々は満足しているときだけでなく本当だ
しかし...いつもそこに真の友人は、いつでもどこでも、愛と悲しみを共有する’
‘Teman hanya ada disaat kita sedang bahagia,
tapi sahabat sejati...selalu ada ,dimanapun dan kapanpun,untuk berbagi suka maupun duka..’
little star—