all about 'we'

all about 'we'

Sabtu, 29 Januari 2011

Omoi-de

This is just a fictional story.There is a similarity plot or characters,please understandable.

Omoi-de                                  ((Memory_a one shot story))

Ranti F.A.Y.

“Denting gerimis direranting kesepian,
    Dengarlah,,muaim mengirim hadiah terindah.
Pada setiap daun-daun berembun
Maka berbahagialah,tiadalah yang meragukan persahabatan…” –Little star—


Jakarta,29 Desember 1983

Sore yang cerah.Aku sedang menunggu seseorang di taman itu.Orang istimewa,yang aku tunggu disini.Ia seorang bocah laki-laki,yang tak lain adalah sahabat kecilku.

“Taman lily morgan,pukul 4 sore,jangan lupa datang,ya?” Katanya kemarin.

Maka,aku pun menunggunya disini.Di bangku kecil,di bawah sebuah pohon.

Sudah lebih dari 10 menit aku menunggunya,tapi ia tak kunjung datang.”Ah,mungkin,sekarang ia masih dalam perjalanan ke sini,”Ujarku dalam hati.

Uh,oh..maaf,membuat kalian lama menunggu untuk mengetahui siapa orang yang kutunggu di sini.Sebentar lagi,pasti dia datang,dan kalian akan tahu siapa dia.

Seseorang menepuk bahuku dari belakang.Aku menoleh.Tuh,betul kan?Ia pasti akan datang.

Ia duduk disebelahku.Tapi,agak menjaga jarak.Ya,sekalipun dia sahabatku,tapi,tetap saja kami harus menjaga jarak agar sesuatu yang buruk tak kan terjadi.

Setelah lama kami saling berdiam dalam kesunyian,akhirnya,ia mulai membuka mulutnya,

“Ramya,ini buat kamu..selamat ulang tahun,ya!Semoga kamu suka hadiah dariku.”Katanya sembari memberikan sebuah kado kepadaku.“Makasih,ya,fahri,”Balasku.Ia tersenyum.

Satu detik..dua detik..aku masih memperhatikan kado itu.Setelah itu,aku mulai membuka kado itu.Isinya,sebuah bandana berwarna cokelat pasir pantai,yang diselitkan sebuah bintang laut berwarna pink.Kalian semua mengerti maksud dari penjelasanku,kan?

“Bandana itu,aku beli waktu jalan jalan ke pantai carita.Kupikir itu cocok untukmu,”katanya.Aku mengangguk pelan.

“Tau,gak,fahri?Kado ini sebenarnya gak terlalu penting untukku.Kado terindah untukku,kalau kamu selalu bisa bersahabat denganku,selamanya…persahabatan itu lebih indah dari apapun,”Ucapku pada Fahri.“Ya,aku janji akan selalu sahabatan sama kamu,ramya,I’m promise!”Sahutnya padaku.Aku tersenyum,mencoba tersenyum semanis mungkin,walau tak semanis buah bintang.

Hari itu kami lalui dengan canda tawa.Kami berlari kesana kemari,bernyanyi bersama…menikmati sore yang bercahaya itu.Hari itu,adalah hari terindah dalam hidupku.Forever and ever.





Jakarta,15 Juni 1990

“Selamat,ya,nak!Nilai ujianmu sangat bagus!Mau hadiah apa dari Mama dan Papa?”Tegur Papaku hari itu.

Hari itu,aku menerima ijazah SD-ku.Mama dan Papaku menemaniku ke sekolah.Tapi,hari itu,aku sama sekali tidak bahagia.

Aku belum menjawab pertanyaan Papaku tadi.Aku berlari,mencari dia,fahri.Setelah kutemukan,ternyata,dia tengah terduduk di sebelah Orang tuanya.Aku mengait tangannya,mengajaknya untuk pergi dari kerumunan pesta kelulusan ini.

Sampai di taman sekolah yang sepi,aku mulai melancarkan pertanyaan-pertanyaanku pada fahri.

“Kenapa kamu ke SMP sana,ri?”Tanyaku padanya.
Mungkin..pertanyaan itu lebih terdengar seperti :
“Kenapa kamu pilih jalan yang berbeda denganku?”

Fahri menatap langit,lalu mulai mendesah pelan.“Aku ke sana juga,demi menggapai cita-citaku,Ramya,”

Hh..dadaku sesak.“Kalau kamu rindu sama aku,malam hari,cari bintang yang paling terang,didekat bintangmu,itu aku..”Katanya lagi.Aku mengangguk,dan mencoba tersenyum padahal air mataku sudah membasahi pelupuk mataku.

“Tak usah lagi engkau menangis,
Seperti dulu melemahkan niatmu,
Semoga bertemu kembali..
Tetapkan hati berjuang bersama lagi…”
  Jika engkau bersedih-Padi

Fahri bernyanyi untukku.Sesaat,aku mulai termakan lagi dalam suasana sedih.Hatiku terasa nyeri.Aku tak mampu lagi menahan tangisan ini,air mataku sudah turun membasahi pipiku.“Menangislah sepuasmu,selama aku masih di sini sama kamu,tapi..janji,ya,ramya?Kamu gak akan nangis disaat aku gk ada di dekatmu seperti saat ini,”Fahri meraih saku kemejanya,mengambil sapu tangannya,kemudian menyeka air mataku.

Besoknya,keluargaku mengantar fahri dan keluarganya ke bandara.Fahri melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta,yang artinya,aku harus bersahabat jarak jauh dengannya.Aku melambaikan tanganku pada fahri,yang disambut senyumannya,senyuman terakhir darinya sebelum kami berpisah.

Ditelingaku,tak henti hentinya berdenging lagu itu,membuat hatiku bertambah pilu.Ka Ian,kakak keduaku menahan badanku agar tak jatuh.Badanku lemas,rasanya ingin pingsan.

Lagu itu,berdenging lagi.Menambah luka dihatiku.

“Tak usah lagi engkau menangis,
Seperti dulu melemahkan niatmu,
Semoga bertemu kembali..
Tetapkan hati berjuang bersama lagi…”

Tiap malam,setelah hari itu,aku mencoba mencari dirinya dilangit,lalu tersenyum jika kudapati dirinya bersinar terang disebelah bintangku.Sahabat,kapan kita bisa berjumpa lagi?







Masih di Jakarta,31 maret 1995

“Aku tak percaya lagi,Dengan apa yang kau beri,
Aku terdampar disini,Tersudut menunggu mati..
Mengapa ada derita,Bila bahagia tercipta,
Mengapa ada sang hitam,Bila putih menyenangkan,..”
(Berhenti berharap-Sheila on 7)

Hatiku gelisah.Sampai hari itu,tak ada balasan surat dari fahri.Apa dia sedang sibuk sehingga tak punya waktu untuk membalas suratku?Apa dia sudah tak mau bersahabat lagi denganku?Hatiku penuh dengan tanda Tanya.

Hari demi haripun berlalu.Tetap tak ada surat balasan dari dia.Aku menggerutu.Aku sebal dengannya.Aku gak percaya lagi dengannya.Mulai detik itupun juga,kuputuskan.AKU MEMBENCINYA !

Jakarta,29 Desember 1995

“….Disini..aku kan selalu,rindukan dirimu…
Wahai sahabatku,”
(Mario stevano A.H.Rindukan dirimu)

Hari ini,hari ulang tahunku yang ke 17,sweet seventeen,kata orang-orang.Ulang tahunku kali ini dirayakan.Aku mengundang seluruh temanku di sekolah ke rumahku untuk merayakan hari ultahku kali ini.Tapi,tahun ini berbeda.Gak ada Fahri,yang biasanya memberikan kado untukku.Aku kangen sama kamu,sahabatku,tapi..aku juga benci denganmu !

Satu persatu dari teman temanku menyalamiku,dan memberikan kado untukku.Kedua kakaku,ka viki dan ka Ian pun ikut menyalamiku,juga memberi kado.“Selamat ultah,ya,adikku..”Ucap ka Viki.“Selamat ultah juga dari kakak ! Ini,kado dari kakak.Dijaga baik-baik,ya?”Ucap ka Ian.

Saat mereka berkata begitupun,aku tak terlalu memperdulikannya.

“Ramya !”

“Menangislah sepuasmu,selama aku masih disini sama kamu,tapi..janji,ya,ramya?Kamu gak akan nangis       disaat aku gk ada didekatmu seperti saat ini,”

Kenapa?Kenapa wajah dia,fahri,selalu muncul?
hh..rindukan dirimu,sahabatku…

Yogyakarta,15 Agustus 1996

Tahun ini,papa mengajak keluargaku untuk jalan-jalan ke Yogyakarta.Walau hanya naik mobil,bukan naik pesawat,tapi aku tetap bersyukur.Semalam kami sampai disini.Kami menginap di sebuah hotel kecil,di dekat keraton.

Di dalam mobil..

“Pa,tau alamatnya fahri,nggak?”Tanyaku pada Papa.Tiba-tiba saja,Papa nge-rem mendadak.Mamaku memarahi Papa.Ka Ian komat kamit gak jelas.Sedangkan Ka Viki,memajukan bibirnya sampai 5 kilometer(haha..lebay)
“Papa tau,gak?”Papaku masih saja diam.Lalu menoleh ke Mama.Papa mengangguk-angguk pelan pada Mama.Mama hanya tersenyum.Hey?Apa coba  maksudnya?

“Papa tau,kok,nak..emang ada apa?Kamu mau kesana?”Mataku bebinar-binar.“Tentu!Aku mau banget!”Seruku pada Papa.

Sepanjang perjalanan,aku terus…saja bertanya-tanya sendiri dalam hati,”Sekarang,fahri seperti apa,ya?Apa dia sudah banyak berubah?”Aku terus…saja asyik melamun sambil senyum-senyum sendiri.Ka Viki dan Ka ian manatapku dengan aneh.Tapi,aku tak perduli.
Sampai di sebuah pemakaman,mobilku berhenti melaju.Eh,kok di pemakaman?Tiba-tiba saja,perasaan buruk menyelimutiku.

Aku turun dari mobil,masih dengan perasaan bingung.Aku terus mengikuti kemanapun Papa dan Mama melangkah.Tiba di sebuah kuburan,kami berhenti berjalan.Disitu,ada Tante Sarah dan Om riki,orang tua Fahri,sedang menabur bunga di kuburan itu.Aku mengerutkan keningku lagi.

Om,tante,Fahrinya mana?”Mereka terdiam.Aku menatap Mama,papa,ka Viki,ka Ian.Mereka tersenyum getir.Aku semakin bingung.

Om Riki berdiri,Papa menepuk bahu Om Riki,“Yang sabar,ya,Rik,”Bisik Papa pada Om Riki,terdengar sampai ketelingaku.Mama memeluk Tante Sarah.Tante Sarah menangis,terisak isak.’Uh,oh..ada apa ini?’

Mama-Papa,Om riki-Tante Sarah,serta kedua kakakku menatapku seakan akan memberiku isyarat.Tapi aku tak mengerti apa maksudnya.Ka Viki mendorong badanku,seolah-olah menyuruhku untuk mendekati kuburan itu.

Aku melangkah menuju kuburan itu.Aku jongkok untuk membaca tulisan pada batu nisannya.Aku mengusap batu Nisan itu.Dengan seksama dan dengan hati berdebar,aku membacanya.”Ia sudah lama pergi,maaf Tante tak pernah memberitahukannya kepadamu selama ini.Kecelakaan yang merenggut nyawanya,”Kata Tante sarah,masih sambil terisak isak.Aku tergelegak.Rasanya langit runtuh dan tanah terbelah menelanku.

                                            ‘Terbaring abadi disini..
                                             Muhammad fahri setiawan
                                             Lahir : 13 April 1977
                                             Wafat : 29 Maret 1995’
                                            



‘それは、我々は満足しているときだけでなく本当だ
しかし...いつもそこに真の友人は、いつでもどこでも、愛と悲しみを共有する’
‘Teman hanya ada disaat kita sedang bahagia,
tapi sahabat sejati...selalu ada ,dimanapun dan kapanpun,untuk berbagi suka maupun duka..’
little star—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar